INTERNET SEHAT

INTERNET SEHAT

Menteri Kebudayaan Dorong Representasi Peradaban Melayu di Kancah Global

JAKARTA – Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon menyampaikan pidato kunci dalam Konferensi Internasional Peradaban Melayu Dunia dengan tema “Memperkuat Hubungan Kohesif dalam Menghadapi Tantangan Peradaban Baru Dunia”.

Konferensi yang digelar di Universitas Nasional (UNAS), Jakarta ini merupakan ruang interaktif yang mempertemukan para cendekiawan, peneliti, seniman, dan pecinta warisan Melayu untuk menjaga warisan budaya Melayu sekaligus mendorong inovasi lokal agar relevan dengan zaman, serta memperkuat jejaring kolaborasi lintas negara.

Dalam pidatonya, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, menekankan pentingnya representasi peradaban Melayu di kancah global.

“Peradaban Melayu adalah salah satu peradaban tua yang kaya akan ekspresi budaya. Forum ini menjadi momentum penting untuk memastikan peradaban Melayu tidak hanya dikenang, tetapi juga dihidupkan, dikembangkan, dan diwariskan kepada generasi mendatang,” ujarnya.

Menbud Fadli Zon menambahkan bahwa Indonesia memiliki peradaban yang sangat kaya dengan berbagai macam warisan dan ekspresi budaya, termasuk salah satunya adalah budaya Melayu.

“Dari warisan budaya tak benda di Indonesia, kita mencatat di tingkat nasional berjumlah 2.213. Potensinya mencapai 50.000, mulai dari ritus, manuskrip, tradisi lisan, permainan tradisional, olahraga tradisional, sastra, dan banyak lagi. Kemudian di bidang seninya ada film, musik, seni pertunjukan, teater, tari-tarian, dan lain-lain. Banyak sekali ekspresi budaya kita yang sangat kaya yang termasuk di dalamnya adalah budaya melayu. Kekayaan budaya dari Indonesia ini bisa kita sebut sebagai Mega Diversity,” ucapnya.

Lebih lanjut, Menbud menambahkan bahwa Indonesia memiliki diaspora Melayu yang sangat besar dan tersebar di seluruh dunia. Salah satu yang terbesar adalah di Cape Town, Afrika Selatan.

“Namun, para diaspora tersebut tidak bisa berbahasa Indonesia-Melayu. Padahal mereka memiliki ikatan batin dengan Indonesia. Ini patut menjadi PR kita bersama,” tuturnya.

Dalam konteks Kebudayaan, Melayu merupakan simpul peradaban maritim yang jalur lautnya menjadi nadi ekonomi dalam menghubungkan berbagai negara seperti India, Tiongkok, Timur Tengah, hingga Afrika.

Catatan sejarah turut menunjukan bahwa sejak abad ke-7 Masehi, Bahasa Melayu sudah digunakan dalam Prasasti Kedukan Bukit pada tahun 683 Masehi di Palembang, Sumatera Selatan; Prasasti Talang Tuwo pada 683 Masehi sebagai bahasa resmi Kerajaan Sriwijaya; dan Prasasti Karang Berahi pada 686 Masehi ditemukan di Jambi yang ditulis menggunakan aksara Palawa dan berbahasa Melayu kuno.

Bahasa ini kemudian berkembang menjadi lingua franca atau bahasa penghubung yang digunakan oleh para pedagang, pemimpin, serta para cendikiawan di Asia Tenggara untuk saling berkomunikasi.

“Bahasa tersebut terus berkembang dan kemudian diresmikan menjadi Bahasa Indonesia pada Sumpah Pemuda 28 Oktober oleh para pemimpin Indonesia terdahulu. Hal ini menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan atau binding power yang memungkinkan kita untuk dapat berkomunikasi antar warga negara Indonesia di berbagai pulau. Bahasa Indonesia menjadi salah satu warisan budaya Melayu yang luar biasa,” ucap Menteri. 

Menteri Fadli turut menyampaikan bahwa peradaban Melayu menghadapi berbagai tantangan di tengah arus globalisasi yang sangat cepat. Berbagai tantangan, seperti erosi identitas budaya lokal Melayu, pengaruh bahasa dan nilai-nilai budaya luar, hingga fragmentasi narasi sejarah di antara negara Melayu menjadi suatu catatan yang patut menjadi perhatian bersama.

“Ini bisa menjadi satu pembahasan di dalam forum ini sebagai momentum untuk menguatkan kembali jalinan semangat kohesi dari bangsa-bangsa serumpun Melayu seluruh dunia. Melalui solidaritas budaya, kita tidak hanya menjaga warisan bersama, tapi juga menghidupkan kerja sama nyata,” tuturnya. 

Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama Universitas Nasional, Ernawati Sinaga, turut hadir memberikan sambutan menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya konferensi ini.

Dirinya berujar bahwa Konferensi Peradaban Melayu Dunia diharapkan dapat melahirkan berbagai kolaborasi dan kerja sama dalam menjaga peradaban Melayu.

“UNAS sangat bangga menjadi tuan rumah konferensi internasional pertama tentang peradaban Melayu dunia. Kami berharap kegiatan ini berkelanjutan setiap tahun dan melahirkan gagasan-gagasan baru, rekomendasi kebijakan, serta langkah nyata dalam menjaga warisan budaya Melayu,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Pelaksana sekaligus Presidium Konferensi, Iskandarsyah Siregar, turut menjelaskan bahwa konferensi ini merupakan hasil kolaborasi antara Universitas Nasional dan University of Malaya yang telah digagas sejak dua tahun lalu. Ia berharap, konferensi ini dapat membawa kebermanfaatan yang lebih luas.

Konferensi Internasional Peradaban Melayu Dunia menghadirkan berbagai sesi presentasi, lokakarya, dan diskusi panel yang membahas warisan Melayu dalam kaitannya dengan teknologi informasi, sosiologi, pendidikan, hingga linguistik terapan.

Kegiatan ini diharapkan menjadi katalis bagi lahirnya riset dan kebijakan progresif yang responsif terhadap tren global sekaligus menegaskan pentingnya kolaborasi lintas batas dalam penguatan peradaban Melayu.

Konferensi ini turut dihadiri oleh Rektor Universitas Tanri Abeng, Suyanto; Rektor Universitas LIA, Siti Yulidhar Harunasari; Rektor Universitas Nasional, Amry Bermawi Putera; Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Keuangan, dan SDM Universitas Nasional, Suryono Effendi; Dekan Akademi Pengajian Melayu sekaligus Presidium, Saabzali Musa Kahn; serta para pembicara dan tamu undangan. Hadir mendampingi Menteri Kebudayaan, Direktur Sejarah dan Permuseuman, Agus Mulyana, serta Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII, Lita Rahmiati.

Menutup pidatonya, Menteri Kebudayaan menegaskan kembali bahwa peradaban Melayu merupakan warisan bersama yang harus dipelihara dan dikembangkan untuk keberlanjutan budaya.

“Semoga dari konferensi internasional ini akan lahir berbagai hal yang dapat kita tindak lanjuti bersama kedepannya,” tuturnya.